Rabu, 10 Januari 2018

Hangat. Sederhana.

Heloh udah lambreta nih gak ngeblog. Yang ada curhat melulu di IG Story :p

So today, dalam suasana sendu nan syahdu aku ingin membuka lembaran hati untuk yang hangat-hangat. 

Jadi kemarin di senja yang tidak indah namun mengandung gundah karena macet di jalan, macet di kantor (new customer ditolak bok! Carik lagi deh demi sesuap nasi 😪), macet di rumah (ART tetiba minta pulkam, aaaak mamaaak pusing ini Jeoooo), aku menyaksikan pemandangan yang mengundang rasa....hangat di hati. Jadi di lampu merah perempatan, yang entah mengandung racun apa tapi tiap lewat pasti bikin kepala cenat cenut, tepat di sebelah supir kemudi, ada pengendara motor yang sibuk bercanda ria dengan anaknya. Sore itu si Bapak Supir bonceng 2 anaknya, si Kakak yang lebih besar memeluk Bapak sambil menahan kantuk (dia bahkan merem sambil peluk terus Bapak supaya gak jatuh, sampe akika serem sendiri) sementara si Adik digendong di depan (kaya pakai Baby Carrier gt). Yang mengundang air mata di sore itu adalah saat gue melihat tatapan penuh kasih si Bapak yang bersenda gurau dengan Adik yang mungkin usianya gak jauh dari Jeo, di bawah 1 tahun pastinya. Adik tertawa asik sambil Bapak terus bercanda mengundang tawanya. 

Sederhana, hangat, bersahaja.
Si Bapak dengan motor bebeknya,
dengan jaket hijau khas ojek online dimasukan di dalam helm hijau disampirkan di motornya.
Bajunya lusuh, kulitnya seperti hitam berkawan dengan matahari jahat ibukota.
Si Kakak lelah, mungkin habis bermain, erat memeluk ayahnya. 
Si Adik yang penuh tawa, menggapai wajah ayahnya,  memajangkan tawanya, bahagia digendongan ayahnya. 
Tatapan keduanya penuh cinta. Dengan segala kesederhaan, namun cinta itu pasti menghangatkan.

Dan sore itu, tak sabar rasanya melewati perempatan itu, kembali ke permata hati, melihat kedua matanya dan merasakan kehangatan yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar